Pamanku terbilang orang yang mungkin sangat sibuk sebab itu sampai lupa pendamping hidupnya, sudah disarankan kepada keluarganya dan dipilihkan wanita tapi selalu saja ada pertimbangan yang khusus dari paman sendiri, minta ini minta itu dan pada suatu saat paman membawa wanita yang sangat cantik. Cerita Dewasa.
Namanya Ulfa dia juga sangat cantik, dia berusia 25 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Temanku
Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Ulfa memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aq melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dengannya, karena aq tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Ulfa.
Tapi tidak demikian halnya dengan Ulfa. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aku berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aku mulai berpikir jangan-jangan Ulfa lebih menyukaiku.
Tapi aku tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aq yang hendak dijodohkan. Tapi aku tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.
Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebelum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran SeaFood di dekat rumahnya di daerah kuningan. Ketika sampai di restorant tersebut, aku langsung pergi ke wc dulu karena aku sudah kebelet. Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Ulfa.
“Eh, ada apa Ulfa?”
“Enggak, aku pengen kasih kartu nama aku, besok jangan lupa telpon aku, ada yang mau aku omongin, oke?”
“Kenapa enggak sekarang aja?”
“Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”
Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Ulfa sih. Tapi aq tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aq bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.
Besoknya saat istirahat makan siang, aku meneleponnya dan bertanya langsung padanya.
“Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aku penasaran banget?”
“Eeee, penasaran ya, Rud?”
“Iya lah, ayo dong buruan!”
“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”
“Baru tahu yah, napsu aku emang tinggi.”
“Napsu yang mana nih?” Ulfa sepertinya memancingku.
“Napsu makan dong, aku kan belum sempat makan siang!”
Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aku ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerja, karena saat itu pasti bosku pergi makan kamar
“Yah udah, aku cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aku sore ini abis pulang kerja, soalnya aku pengen ngobrol banyak sama kamu.”
Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.
Lalu kataq, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”
“Karena aq mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja.
“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aq ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?”
Lalu Ulfa bilang, “Nih catet yah, apartment XXX, lantai XX, pintu no. XXX, jangan lupa yah!”
”Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”
“Bye-bye Rud.”
Setelah telepon terputus, lalu aku mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku menyentuhnya nanti, tetapi langsung aku berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.
Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aku pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaku di CapriMas. Sesampainya di sana, aku pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aq pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.
Langsung saja kutepuk pundaknya,
“Hai, baru sampe yah, Fa..”
“Wah aku kira siapa, pake tepuk segala.”Ulfa tersentak kaget,
“Kamu kan kasih surprise buat aku, jadi aku juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”
Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!”
“Siapa takut, emang aq pikirin!” Jawabku
“Ayo masuk Rud, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.
Ketika aku masuk, aku langsung terpana dengan apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dengan tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.
Sambil aq berkeliling, Ulfa berkata, “Mau minum apa rud?”
“Apa saja lah, asal bukan racun.”candaku.
“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Ulfa sambil tertawa.
Sementara ia sedang membuat minuman, mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. photomemek.com Aku tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk,
“Rud, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!” Aku tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aku enggak salah denger nih..?”
“Kalo kamu merasa salah denger, yah aq setelin aja sekarang deh..!”
“Duduk sini Rud, jangan bengong aja, kan udah aku bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Ulfa sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.
Kemudian aku pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aku pun buka mulut,
“Eh fa, tadi di telepon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”
Ulfa tidak langsung ngomong, Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali,
“Kamu tau Rud, sejak kemarin bertemu, kayaknya aku merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Rudi, aq suka sama kamu.”
“Tapi kan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aku, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aku, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aku ke kamu..?”
“Iya, tapi aku enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aku pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aku..?” kata Ulfa sambil mendesah.
“Aku sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aku enggak enak sama Paman aku, entar dikiranya aku kurang ajar sama yang lebih tua.”.
Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaq, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dengan pelan, “Ulfa, Aku sayang kamu.”
Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Ulfa pun lalu membalasnya sambil memkamukku erat-erat.
Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Ulfa menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.
Kemudian aku berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara yang masih terbungkus BRA itu.
“Aaaaahhh, buka aja BHku Rud, cepat.., oohh..!” Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.
“Esshh.. ouww.. aduhh.. Rudii.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”
Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka seluruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aq melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dengan kedua tanganku.
“Aouww Rudii, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggelayut manja melingkari leherku.
Kemudian kuletakkan Rudi pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dengan mesranya sambil berpeluk erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Ulfa mendesah-desah nikmat. Tidak lama aku bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Aku menggeliat kegelian.
“Aduh rud, kamu ngerjain aku yah, awas kamu nanti..!”
“Tapi kamu suka kan? Geli-geli nikmat..!”
“Udah ah, jilati aja memek aku Rudi..!”
“Oke ratu.., siap laksanakan perintah..!”
Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Ulfa menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan lidahku ini.
“Oohh esshhh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohhh.. nikmat sekali..!”
Agak lama juga aku bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.
“Rud, masukkin aja titit kamu ke lobang aku, aku udah enggak tahan lagi..!”
Dengan segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aku baru tahu ternyata dia masih perawan.
“Ulfa, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aku tembus..?”
“Rud, aku rela kalau kamu yang ngambil perawan aku.”
Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.
“Aduh sakit Rudii, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.
Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.film dewasa
“Pelan-pelan Sayang, masih sakit nih..!” katanya meringis.
Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Ulfa sangat menikmati sekali permainan ini.
Tidak lama kemudian ia mengejang,
“Rudii sayang, aa.. akuu.. mau keluar.., teruss.. terus.., aahh..!”
“Fa, aku juga mau keluar, di dalam atau di luar..?”
“Keluarin di dalem aja Sayang… ohhh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.
Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh… sshh… sshh… sshh…”
Ternyata dia sudah keluar, aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.
“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”
Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan keluarlah spermaku ke dalam liang surganya.
Saat terakhir air maniku keluar, aku pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aq dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.
“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlakuanku itu.
“Rudi, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Rud, Aku sayang samamu.” sambil mencium manja pipiku
“Aku juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aku kalo dia nyari-nyari kamu.”
“Oke bossss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memelukku lebih erat.
Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aku datang ke tempat kerjanya dan melakkannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang.
Kadang ia juga ke tempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Ulfa ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Ulfa